Selasa, 18 September 2012

Berantem itu baik ?? masa sih?



Berantem Itu Baik!

Written By:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School | www.auladi.org
Email: inspirasipspa@yahoo.com

Ayah, Bunda, suatu saat beberapa orangtua menghampiri saya dan seorang diantaranya mengatakan “Abah, saya masih belum bisa menghentikkan anak berantem. Aduhh hampir tiap hari itu kakak-adik berantem melulu! Bagaimana mengatasinya, saya pusing melihatnya tiap hari seperti itu.” Lalu seorang ibu lain menimpali disebelahnya “Sama anak saya juga seperti itu. Kenapa sih anak-anak ini rajin banget berantem!”
Lalu saya katakan kepada mereka ada beberapa hal yang dapat mereka lakukan agar mereka tidak pusing. “Pertama, ucapkan kalimat ‘alhamdulillah!’ saat mereka berantem dan jangan ‘astaghfirullah’. Kedua, bersahabatlah dengan berantem, jangan musuhi berantem karena berantem itu baik.”
“Nah lho?!”, bengong tuh parents....
Lalu saya balik bertanya pada mereka, “adakah anak yang memiliki saudara di rumah yang bebas dari berantem alias tidak pernah berantem?” Sebagian besar menggeleng, tapi seorang ibu mengangkat tangan “Anak-anak saya tak pernah berantem tuh! Tak pernah pukul-pukullan!”
“Mereka pernah marahan kan? Mereka pernah berbeda pendapat kan? Mereka pernah rebutan mainan kan?” tanya saya.
“Oh iya ya”.
“Berantem itu memang ‘wajib’ pukul-pukullan, tidak kan bu?”
“Wah kalau begitu memang semua anak berarti pernah berantem ya Bah....”

***
Ayah, Bunda, hampir semua anak yang memiliki saudara pasti pernah merasakan konflik. Konflik yang sering disebut dengan ‘bahasa pasar’ berantem ini bentuk bisa macam-macam, ada yang hanya berbeda pendapat, rebutan barang/makanan/mainan, hingga ada yang melibatkan fisik. Jika hampir tidak ada satu pun anak yang bebas dari pengalaman berantem, bukankah berarti berantem itu seperti sengaja diciptakan Tuhan untuk tujuan baik?
Ya, saya ingin mengatakan kepada semua orang, awalnya konflik itu bagi anak adalah baik! Hal yang semua anak akan mengalaminya. Sehebat apapun orangtua mendidik anak, orangtua tidak bisa menghindarkan anaknya dari konflik. Konflik bagi orang dewasa tidaklah terlalu baik, tapi bagi anak, terutama anak-anak usia 12 tahun ke bawah konflik adalah kebutuhan! Bahkan, seorang pakar tumbuh kembang menganggap anak yang tak pernah bertengkar justru tidak normal! Nah, karena sebuah kebutuhan, pengalaman konflik pada anak-anak akan terus berulang. Meski sebagian orangtua tidak menyukainya dan meski orangtua ‘ratusan kali’ mengatakan ‘jangan berantem terus deh, berantem itu tidak baik!’

Betapa tidak dibutuhkan, dari satu pengalaman hidup di masa kecil inilah anak-anak akan (seharusnya) mendapatkan bekal untuk menghadapi konflik hidup di masa depan. Tidak ada satu manusia pun setelah dewasa yang bebas dari konflik bukan? Karena itu, konflik pada anak seperti sengaja diciptakan Tuhan agar anak-anak kita dapat belajar bagaimana mereka kelak mengelola konflik di masa depan. Seperti seorang anak harimau atau kucing, yang saat mereka masih kecil sering terlihat bermain-main cakar-cakaran, konflik di masa kanak-kanak adalah ajang latihan bagi anak menghadapi konflik di masa depan. Ada banyak dari kita yang memiliki kompetensi hebat di bidang pekerjaan yang kita geluti, tapi karena tidak bisa menghadapi konflik membuat kita menjadi tak nyaman berlama-lama di tempat kerja.

Setiap adik-kakak pasti akan bertengkar. Bahkan adik-kakak 700 persen kali lebih sering bertengkar ketimbang dengan teman sebayanya masing-masing. Karena, mereka tahu, bahwa adik atau kakaknya akan selalu ada, tidak akan pergi. Menurut studi, adik-kakak yang bermain bersama, meski saling mengejek, memiliki hubungan yang lebih dekat ketimbang adik-kakak yang bermain terpisah. Istilahnya Adik-kakak lebih baik berisik karena bertengkar ketimbang damai tapi berpisah. Berpisah dalam artian saling tak mau menyapa dan bergaul karena satu membenci yang lain.

Konflik pada awalnya adalah baik bagi anak. Konflik berubah menjadi tidak baik saat orangtua tidak mengelola konflik anak dengan baik. Apalagi jika saat konflik, orangtua yang selalu menyelesaikan masalah. Akhirnya, anak tidak belajar apapun dari pengalaman konflik yang mereka alami. Saat misalnya seorang adik rebutan mainan dengan kakaknya, sebagian orangtua menyelesaikannya dengan mengatakan pada si kakak “Kakak, ngalah dong sama adik! Adik kan masih kecil....”
Ayah, Bunda, jika penyelesaiannya seperti itu, lihatlah ternyata bukan hanya kita tak melatih anak menghadapi konflik, tapi justru kita melebarkan konflik pada anak. Lihatlah, ternyata praktik ketidakadillan juga dapat dimulai dari rumah bukan? Mengapa seorang kakak harus selalu mengalah pada adik? Adikknya masih lemah, begitu alasannya? Tapi, sampai umur berapa adik masih terus dibela? Mengapa kebenaran ditentukan oleh usia? Mengapa jika kakak membuat adik kecewa, dihukum? Mengapa jika adik yang melakukannya, adik tidak dihukum?

Saat dua orang anak rebutan satu buah roti misalnya, sebagian orangtua menyelesaikannya dengan jalan instan dengan cara membagi roti itu jadi dua untuk anaknya “yang ini buat kakak yang itu buat adik”. Lihatlah praktik ini? Anak memang berhenti dari konflik (sementara), tapi siapa yang menyelesaikan masalahnya? Orangtua bukan? Mengapakah bukan anak yang dilatih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri?
Atau solusi lain yang sering dilakukan orangtua adalah selalu membelikan yang sama untuk semua anak, supaya tak rebutan! Jika anaknya dua, maka kuenya selalu dua dengan rasa yang sama. Jika anaknya laki-laki dua-duanya, maka saat beli mainan mobil-mobilan, dibelilah mobil dengan model yang sama.
Jika solusinya seperti ini, sepintas ayah ibu melihat ini sebagai solusi. Tapi sebetulnya secara jangka panjang, efeknya anak jadi sulit menemukan identitas diri, karena dia bingung membedakan antara dirinya dengan saudara kandungnya.

Ayah, Bunda, yuk bantu anak kita mengelola konflik dengan baik. Konflik adalah sarana yang diciptakan Allah untuk anak belajar, belajar mengelola kehidupan. Yuk, bimbing mereka mengelola konflik.

1.Bersahabat dengan konflik
Hal yang pertama kali harus Ayah dan Bunda fahami, konflik itu tidak bisa dihindari. Sekuat apapun kita berusaha, konflik itu akan hadir menghiasi kehidupan anak kita. Meski kita tidak menyukai dan mungkin anak kita pun bahkan juga tidak menyukainya, konflik pada anak-anak kita akan terus berulang. Wajar, karena manusia diciptakan Allah berbeda-beda karena itu akan terjadi perbedaaan keinginan, perbedaan pemahaman, perbedaan cara bersikap dan berperilaku. Perbedaan-perbedaan itu normal, sepanjang diekspresikkan dengan cara yang baik dan tidak merugikan siapapun.

Karena itu, saya mengajak Ayah Bunda semua, yuk bersahabat dengan konflik, bukan memusuhi konflik. Semakin Ayah Bunda musuhi, maka semakin lelah dan pusinglah pikiran saat melihat anak-anak kita berkonflik. Maka, coba rubahlah perspesi Anda tentang konflik. Meski pikiran masih belum menerima, coba bantu tenangkan pikiran Anda dengan ucapkan kalimat ‘segala puji bagi Allah’ saat Anda melihat fenomena anak-anak tengah konflik.
Semakin sering pikiran dan cara berpikir Anda dilatih dari sisi positif, memberikan persepsi positif atas sebuah peristiwa, termasuk konflik, semakin rileks Anda menghadapi anak-anak saat mereka tengah konflik.

2.Libatkan Anak

Saat anak terlibat konflik dengan saudaranya, sah-sah saja Anda terlibat. Tetapi, sebaik-baiknya penyelesaian adalah yang melibatkan anak itu sendiri. Jika mungkin, orangtua hanya jadi fasilitator yang bertugas untuk membimbing anak untuk mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi. Saat anak dilatih untuk menyelesaikan sendiri masalah yang ia hadapi, sejak saat itulah anak-anak memiliki modal untuk menghadapi masalah-masalah yang lebih kompleks di masa depan.

Saat anak terlibat adu mulut mengenai siapa yang berhak untuk duduk di kursi depan mobil misalnya, padahal kursi depan mobil dekat supir itu hanya tersedia untuk satu orang, tak usah terburu-buru menghentikkan konflik anak dengan kalimat-kalimat solutif dari Anda: “sudah kalau tak ada yang mau ngalah, nggak usah ada yang ikut!” atau lagi-lagi dengan kalimat kuno “kakak, ngalah dong sama adik!”. Tapi mari kita kembangkan kalimat-kalimat yang membuat pikiran dan ide anak terlibat “kursi di depan hanya satu, gimana caranya biar semua kebagian, ayoo siapa yang mau kasih ide ka ayah?!” Jika anak berkeras dan bertegang untuk tetap ribut barulah kita bisa beri penekanan dengan kalimat “kalian harus putuskan dulu siapa yang di depan karena jika tidak kita belum bisa berangkat!” atau kalimat-kalimat lain yang senada.

Jika anak rebutan sepotong roti padahal rotinya hanya satu, maka Anda dapat katakan pada mereka “Rotinya cuma satu, ayoo cari ide, bagaimana agar semuanya kebagian!” inilah metode yang melibatkan anak (otoritatif). Sedangkan metode lainnya adalah metode yang mengedepankan kekuasaan (otoriter) orangtua untuk menyelesaikan masalah anak “Rotinya cuma satu, sini mama bagi... ini buat adik dan ini buat kakak” atau yang lebih parah “Kalau kalian tak mau berbagi, sini rotinya mama makan!”

Metode otoritatif memerlukan sedikit waktu dari Anda untuk bersabar memberi kesempatan anak menyelesaikan masalah, tetapi secara jangka panjang memudahkan orangtua sendiri karena tidak harus selalu mengatur dan menyelesaikan semua masalah anak. Sedangkan metode otoriter mungkin dapat menyelesaikan konflik anak lebih cepat tetapi secara jangka panjang justru menumpulkan kekuatan pikiran anak dan akhirnya merepotkan orangtua sendiri karena orangtua harus selalu yang menyelesaikan terlalu banyak masalah anak yang bahkan pada hal sepele sekalipun.

Saat Anda memiliki dua anak, tidak harus dibelikan mainan dengan model yang sama atau makanan dengan rasa yang sama, biarkan anak memilih sesuai dengan selera mereka sendiri sepanjang dalam batas budget orangtua dan toleransi orangtua. Yang terbaik, kalau mau membelikan dua barang, biarlah anak masing-masing memilih yang dia sukai. Contohnya, kalau mau beli kaus, si kakak mau beli kaus biru, maka adik boleh cari warna lain, jika sama boleh-boleh saja, tetapi kalau bisa berbeda dari kakak. Kalau beli mainan, mungkin si adik memilih bola, sementara kakak diminta cari mainan yang berbeda.

3.Aturan yang jelas
Anak-anak akan terus kesulitan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi terus mengulangi hal yang sama berulang-ulang karena kadang-kadang orangtua menerapkan aturan yang ‘samar-samar’ pada anak berkait dengan masalah-masalah yang biasanya dihadapi anak. Aturan itu untuk mengatasi ketidakaturan bukan? Setiap keluarga harus memiliki aturan yang jelas di rumah sesuai dengan nilai-nilai yang orangtua pegang sendiri. Minimal di rumah sendiri karena yang merepotkan jika konflik ini terjadi dengan anak lain yang bukan saudara anak kita, anak tetangga misalnya. Untuk ini mungkin ada dapat mengajak bekerjasama dulu dengan para orangtua anak-anak tempat anak Anda bergaul.

Ada beberapa aturan yang harus secara jelas menjadi aturan main di rumah kita sendiri:

a. Milik siapa?
Siapapun di rumah harus meminta izin untuk menggunakan barang/mainan kepunyaan yang lain. Jika misalnya seorang kakak menginginkan untuk memainkan sepeda adik, maka ia harus izin sama adik. Jika adik tak mengizinkan, maka orangtua wajib menegakkan. Demikian juga jika adik memakai barang kakak dan kakak ternyata tak ridlo, adik harus mengembalikannya. Orangtua harus menegakkannya! Jika adik menangis, biarkan ia menangis. Jangan sampai keadilan dikalahkan perasaan . Menangis adalah strategi wajar seorang anak, tapi jika anda konsisten, dijamin, insya Allah anak menjadi tidak gampang nangis lagi.

Cara mengembalikan sebaik-baiknya dilakukan metode yang melibatkan anak seperti yang pernah dicontohkan di atas: "Sekarang itu punya kakak, dan kakak tidak mengizinkan, kamu mau mengembalikan sendiri atau mama yang ambil dan kembalikan?" Tentu konsekuensinya berbeda. Jika anak mengembalikan sendiri maka anak misalnya tidak akan mendapatkan konsekuensi apapun, sebab perbuatan mengembalikannya sendiri sudah perbuatan baik. Tapi jika anak memilih orangtua yang mengembalikan, anak boleh diberikan konsekuensi karena dengan demikian anak tidak mau menanggung tanggung jawab atas perbuatan buruk yang telah dilakukan. Konsekuensinya bisa berupa penyitaan mainan, time out di kamar, dll Tentang jenis-jenis konsekuensi baca tulisan abah yang lain "bagaimana menghadapi perilaku anak yang keras".
Tugas orangtua selanjutnya adalah melatih siapapun di rumah itu untuk belajar berbagi. Ceritakan cerita-cerita positif tentang berbagi melalui permisalan binatang, memakai jari-jari Anda sendiri, menggunakan ballpoint, menggunakan buku, menggunakan alat-alat lain yang mengenalkan anak tentang cara berbagi. Jika anak sudah mulai beranjak dewasa ceritakan tentang kehebatan orang-orang besar di dunia yang memiliki sensitivitas berbagi dan mengasihi seperti Rasululullah Muhammad, Abu Bakar, Salahudin Al-Ayubi, Mahatma Gandhi, Bill Gates, dll.

b. Siapa yang duluan & kapan bergantian?
Tingkah anak-anak kadang bikin geli sekaligus bikin pusing orangtua. Ada saja yang mesti diributkan anak. Ada beberapa ‘inventaris’ keluarga yang sebenarnya bukan milik seseorang, alias sebenarnya milih ayah ibu atau milik semua orang di rumah, alias milik bersama, alias milik umum, diklaim oleh salah seorang anak menjadi seolah-olah menjadi miliknya. Malah kadang anak-anak ini maunya semuanya milik mereka. Duh!

Rebutan kursi meja makan, rebutan kursi di mobil, rebutan memeluk ayah, rebutan memeluk ibu, rebutan diceritakan buku sama orangtua, dan contoh lain akan banyak kita temukan. Nah jika kasus seperti ini keputusan tertinggi Anda di manajer rumah yang bertanggung jawab terhadap keutuhan dan aturan main penggunaaan barang milik umum tadi. Silahkan buat aturan tentang penggunaan ‘inventaris umum’ tadi.
Ada setidaknya dua metode yang dapat diterapkan: metode SIAPA DULUAN atau metode JADWAL BERGANTIAN. Metode mana yang mau dipilih, keputusan ada di tangan Anda. Insya Allah dua-duanya positif sepanjang dibicarakan dengan anak. Jika yang duluan di kursi depan dekan driver adalah si Kakak, maka adik tidak bisa menyerobot! Demikian juga sebaliknya, Kakak tak berhak mengusir adik karena aturannya sudah ditetapkan bukan?
Tetapi, jika Anda merasa bahwa salah satu anak ‘terlalu cerdas’ sehingga tak pernah kehilangan akal untuk ‘mengakali’ adik dan akibatnya anak yang lain selalu ‘kalah’, maka metode SIAPA DULUAN dapat anda ganti dengan metode JADWAL BERGANTIAN. Jika hari ini yang duduk di depan mobil Kakak, maka keberangkatan berikutnya selalu adik! Mengenai siapa yang dapat menggunakan duluan, silahkan serahkan pada anak untuk memutuskan.

c.Boleh intervensi, saat mulai merugikan
Orangtua boleh intervensi dan terlibat lebih dalam untuk membantu menyelesaikan konflik anak jika konflik anak tersebut sudah mengarah pada kekerasan fisik dan kekerasan verbal yang berlebihan. Saat salah seorang anak hendak memukul anak yang lain, orangtua harus memegang tangan anak sehingga ia tak jadi memukul.

d.Semua orang boleh marah, tetapi tidak menyakiti & merusak
Silahkan terapkan ‘dekrit’ ini di rumah: “Siapapun di rumah ayah dan ibu boleh marah. Adik boleh marah sama kakak, kakak juga boleh marah sama adik jika merasa dirugikan. Tetapi, semua orang di rumah ini tidak diterima untuk menyakiti dan merusak. Mendorong itu menyakiti, memukul itu menyakiti, mencubit itu menyakiti, menendang itu menyakiti, melempar saudaranya dengan sebuah benda juga menyakiti. Juga di rumah ini tidak diterima merusak barang saat marah, melembar piring, gelas, buku, dan barang apapun tidak diterima. Jika ada yang mau marah silahkan keluarkan lewat mulut, silahkan bicara. Kalau adik tidak suka dengan perlakuan kakak bilang sama kakak ‘kakak, aku tidak suka!’ atau sebaliknya.

Memang tak langsung bisa, tapi bimbing terus anak untuk mengungkap dan mengeluarkan perasaan-perasaan tidak nyamannya dengan cara yang lebih baik: lewat mulut! Jika anak-anak kita tak dilatih untuk mengeluarkan emosi-emosi negatifnya dengan cara yang baik, maka bisa jadi ia memiliki cukup tenaga untuk mengeluarkannya lewat jalan kekerasan! Latihlah terus anak untuk mengelola marahnya dengan cara yang baik (anger management).
Turunan dari ini, orangtua harus menggali dari anak untuk memilih konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan anak dapatkan jika mereka melanggarnya. Biarkan anak-anak itu yang memutuskan konsekuensi seperti apa yang mereka akan dapat agar mereka merasa rugi dengan perbuatan mereka yang merugikan.
Buat tawar menawar terhadap konsekuensi ini dengan orangtua. Jika anak mengajukan konsekeunsi yang tak sesuai, orangtua boleh tak menyetujuinya. Misalnya, saat anak memukul, anak mengajukan konsekeunsi minta maaf. Itu betul, tetapi ini sama sekali belum tepat. Karena anak akan gampang minta maaf tapi tak merasa rugi betul dengan perbuatannya yang merugikan. Orangtua juga boleh mengajukan tawaran pada anak misalnya: siapapun yang menyakiti akan diberikan konsekuensi misalnya: dikurangi uang jajan, dikurangi jam nonton tv/vcd, metode time out atau dikeluarkan dari rumah selama 10 menit atau tak boleh keluar kamar selama setengah jam seperit Nanny 911.

4.Syarat Melindungi yang Lemah
Salah satu metode yang termasuk paling sering diterapkan oleh orangtua adalah bahwa KAKAK HARUS MENGALAH SAMA ADIK. Argumen utamanya: adik masih lemah! Maka yang kuat harus melindungi yang lemah! Atau adiknya masih belum mengerti, yang sudah mengerti harus mengalah pada yang belum mengerti.

Argumen ini dapat dibenarkan tetapi harus hati-hati menerapkannya. Yang ideal adalah tetap menegakkan aturan-aturan jelas seperti di point ketiga. Tetapi jika orangtua menganggap sang adik masih terlalu lemah dan terlalu sulit untuk mengerti dan diberi penjelasan, orangtua boleh menggunakan METODE MELINDUNGI YANG LEMAH ini dengan beberapa syarat:

a.Lakukan pembatasan
Saat orangtua menerapkan metode yang kuat mengalah pada yang lemah atau yang mengerti mengalah pada yang belum mengerti, orangtua harus memberikan ‘SOP’ yang jelas sampai kapan adik masih dianggap lemah sehingga belum dapat mengendalikan keinginannya secara wajar dan sampai usia berapa adik mash dianggap belum mengerti.
Jika Anda bertanya kepada saya kira-kira kapan anak-anak tidak boleh lagi dibela, saya akan menjawabnya saat anak-anak sudah bisa membedakan mana tangan kanan dan mana tangan kirinya, kira-kira usia 3-5 tahun bergantung kemajuan perkembangan mental anak. Karena ketika mereka sudah bisa membedakan mana tangan kanan dan mana tangan kiri, sejak saat itulah anak-anak sudah dapat menyerap nilai-nilai dan sudah dapat membedakan mana baik dan mana yang buruk atau mana yang benar dan mana yang salah. Anda dapat mengatakan pada si Kakak “Ayah janji, nanti kalau adik sudah umur 3 tahun atau saat adik sudah bisa tau tangan kanan dan kirinya, ayah takkan bela adik lagi!”

b.Berikan reward lebih pada si Kakak yang mengalah
Pemberitahuan bahwa si adik akan dibela secara terbatas sampai usia tertentu bagi si kakak sebetulnya belumlah cukup. Karena itu, kuatkan dengan cara memberi reward lebih pada si kakak saat si kakak mau mengalah pada adik. Reward itu tidak harus selalu berbentuk materi atau hadiah berupa benda atau barang yang ia sukai. Kalimat-kalimat positif dapat orangtua keluarkan saat itu juga, di TKP, saat orangtua memergoki kakak ternyata mau mengalah sama adik. “Sini sayang... mama mau bisik-bisik... kakak hebat, kakak memang anak mama yang paling mengerti, tidak seperti adik, adik dibilangi gimana juga sama mama, aduhh pokoknya susah, belum sepintar kakak ya! Insya Allah mama takkan bela lagi adik kalau adik sudah pintar kayak kakak!”
Reward juga dapat berupa pemberitan otoritas lebih pada si kakak untuk melakukan sesuatu, yang belum dapat diberikan pada adik. Misalnya kakak dapat diberikan uang saku dan diberikan otoritas penuh untuk menggunakan uang saku itu sendiri, sementara adik belum dapat diberikan uang saku. Atau contoh lain Kakak dapat memilih VCD nya sendiri sepanjang aman dan disetujui ayah ibu sementara adik belum boleh membeli VCD. Dengan pemberian reward lebih ini, sang kakak akan merasa bahwa tidak rugi ia mengalah sama adik karena pada banyak hal lain ia justru diberikan kelebihan dan kewenangan lebih orangtuanya.

5.Fokuskan pikiran anak pada saling mencintai
Semua orang ingin anaknya saling mencintai daripada saling memusuhi. Tetapi masalahnya adalah sebagian orangtua lebih memperhatikan anak saat mereka bermusuhan daripada saat mereka saling menyayangi. Maksud saya adalah sebagian orangtua lebih banyak ngomong saat anak-anaknya berantem daripada saat anak-anaknya bermain bersama. Karena itu, fokuskan pikiran anak agar saling mencintai saudaranya antara lain dengan beberapa cara:

a.Berikan perhatian pada saat mereka bekerjasama dibandingkan saat mereka berantem
Sebagian orangtua justru memperhatikan anak dan terlalu banyak bicara pada anak saat mereka berantem ketimbang saat mereka bekerjasama. Jika seperti ini yang dilakukan secara tak sadar orangtua justru tengah memfokuskan anak untuk semakin sering berantem dibandingkan menyukai bekerjasama.
Agar anak lebih menyukai bekerjasama daripada berantem, fokuskan pikiran anak pada bekerjasama daripada pada berantem. Caranya adalah dengan banyak memperhatikan anak dan memberi komentar positif ketika mereka sedang bermain bersama tanpa bertengkar, daripada pada saat mereka berantem. Misalnya dengan mengatakan, ”Pintarnya Kakak dan Adik main bersama,” atau, ”Kalian berdua rukun sekali, Bunda senang deh.” Dan kurangi untuk memberikan terlalu banyak komentar pada saat mereka berantem dengan sering mengatakan “Aduh! Kalian ini kok senangnya berantem!”

b.Mempersiapkan mental kakak sebelum kelahiran adik
Jauh sebelum anak kedua lahir, Anda bisa melibatkan si calon kakak dengan aktivitas yang berhubungan dengan menyambut kehadiran adik barunya. Installkan informasi-informasi positif tentang enaknya punya adik, fokuskan pada kebaikan-kebaikan yang akan kakak dapatkan jika adik lahir. Bahwa akan ada teman baru untuk si kakak di keluarga kelak. Bahwa kakak bisa lebih banyak asyik lagi bermain. Bahwa si adik dapat menjadi seperti ‘boneka’ untuk si kakak. Banyak si kakak yang seperti ‘berubah’ perilakunya setelah adik lahir akibat kurangnya orangtua memersiapkan mental si kakak pada saat kelahiran adik.

c.Latih BERMUSYAWARAH
WA’TAMIRUU BAINAKUM BIMA’RUUF, dan musyawarahkanlah diantara kamu dengan baik, demikian perintah Allah kepada manusia saat menghadapi konflik seperti tercantum dalam surat ke-65: At-Tholaq ayat 6. Latihlah terus anak-anak bermusyawarah saat mereka mendapatkan perbedaan dalam sebuah masalah. Biarkan mereka mengambil keputusan atas perselisihan yang mereka buat. Tidak mudah memang, tapi semakin sering dilatih, insya Allah anak-anak kita semakin terlatih untuk bermusyawarah.

Orangtua boleh melakukan sedikit penekanan saat mereka enggan bermusyawarah saat salah satu atau semua anak kita BERSIKAP maunya menang sendiri. Metode yang dapat dilakukan misalnya, dengan mengeluarkan anak keluar rumah sementara dan mempersilahkan untuk menyelesaikan masalahnya di luar. Anak-anak baru diperbolehkan masuk ke dalam rumah jika mereka sudah mendapat keputusan bersama atas perselisihan yang mereka lakukan. Saat mereka berebut kursi di dekat driver, orangtua dapat mengatakan bahwa mobil tidak akan majukan atau tidak akan berangkat sampai mereka membuat keputusan.

*Tulisan ini dikutip dari fb sobatku  http://www.facebook.com/notes/julaiha-lukman/berantem-itu-baik/10151794134010403 yg dikutipnya lagi dari buku best seller "Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shalih?"

ZAHRA-KU PUN LAHIR


corat coret 23/9/11

Kehamilan ke-3 adalah kehamilan yang membahagiakanku namun meragukan. Membahagiakan,krn rasanya memang sudah tepat saatnya Ali (anak ke 2 ku) dikaruniai adik.Meragukan karena setiap aku cek up ke dokter, ketika ditanya kapan tgl haid terakhir,aku selalu bilang "lupa dok,sepertinya sekitar tgl 20an november " .jawabku singkat. Setiap aku cek up kehamilan,ketika ditanya pertanyaan yg sama oleh dokter atau bidan, selalu ku jawab dgn jawaban yg berbeda "tanggal 20,23, 25 "  bla..bla... ^_^  akibatnya hari perkiraan kelahiran anakku pun dari setiap dokter berbeda-beda.Tetapi,aku sangat enjoy mnjalani kehamilan ke-3 ini tapi deg-degan juga ketika mendekati hari kelahiran ini.Msh ada rasa takut juga, takut ngejalani kontraksi yang 'menyakitkan' tapi begitu mengesankan.
kehamilan ke-3 ini kata orang mukaku semakin cerah karena setiap yang melihat pasti menerka bahwa anak dalam rahimku adalah laki-laki..Alasannya,karena muka uminya lebih bersih... he..he.. apa iya ya??  kalo menurutku sih engga.. sejak awal kehamilan, diriku mulai menggunakan produk KK untuk merawat wajah.. krn sifatny alami tidak memutihkan kulit tapi mncerahkan wrna alami kulit. Nnah,kira-kira muka cerahku krn perawatan atau krn anak dalam rahimku laki-laki ya??? kita liat saja nanti.

sejak kehamilan anak pertama dan kedua,ramadhan ku banyak yg bolong.Biss dibilang 70%nya aku ga puasa.. ga kuatt!! tapi Alhamdulillah ramadhan kali ini meski hr pertama bolong.. tp hr ke-2 dan seterusnya ku sudah enjoy berpuasa... meski ga full tp Alhamdulillah ada peningkatan dr ramdhan2 sebelumnya (pastinya karena dukungan orang sekitar juga khususnya my Mom yg selalu support untuk berpuasa meski lagi hamil)... 5 hr bolong krn kndisi bdn yg ga fitt..   ramdhan kali ini adalah hari2 penantian kelahiran... krn kemungkinan lahiran akhir ramdhan atau  awal syawal.. kalo aku berharap, malam takbiran babyku lahir,aamiiin...^_^..

tgl 26 Sept ku cek up ke bidan...   g nyangka juga, yg rencana cuma cek kondisi aja.. ee ga taunya kata bidan sudah bukaan 1..surprise deh!!  berarti ntar malam atau bsk pagi, babyku lahir.. wah deg2an juga nih.... mana pagi ini ku msh puasa tp krn tiba2 saja bu bidan masukin 1/2 pil kecil ke mulutku sambil bilang " udah, ga usah puasa lagi"ya batal deh puasa hr ini. "ni pasti pil induksi lagi nih" bisikku dalam hati.. ..
pagi ini Ayah Shabira msh di padang bersama Ali.. rncananya mmg siang ini ke Bukit..jadi ku rahasiain aja masalah kemungkinan lahiran hr ini. Dgn tekad proses kelahiran bs lancar,ku habiskan setengah hari dgn berjalan kaki pastinya dgn kesetiaan my mom untuk menemani."thanks mom... "mudah2an ini bs membantu kelahiran nanti" batinku.

sore itu kontraksi mmg ada tp rasanya ini bukan kontraksi melahirkan.. atau mungkin ini yg disebut braxton hicks?? ga taulah.. tp mmg rsanya blm saatnya melahirkan..   biar ga was2 malam itu, aku dan suami cek up lg ke bidan smbil membawa perlengkapan persalinan (mksdnya perlengkapan biar diitip di tmpat bidans aja, jd nanti kalo mmg dh wktunya melahirkan, tinggal bawa badan saja) nyampe disana.. setelah diperiksa msh bukaan  1 jg.. walhasil bidan ngasih 1/2 pil lg untuk dimakan jam11 malam.. katanya kemungkinan bsk subuh bs lahir.

Nyampe di rumah, pil mungil itu ku biarkan saja di saku. ku dah bertekad ga mau diinduksi... pokoknya ga mau lagi makan pil.Sempat adu argumentasi juga dgn suami tapi ttp aku yg menang. Tekadku dah bulat, kali ini ga mau melahirkan dgn dirangsang lagi.. ku ingin mncoba kontraksi alami saja.. krn anak pertma dan kedua sedikit banyaknya,ku tetap dikasih suntikan atau pil dahsyat itu...
 1hari,  2hari, 3 hari.. kndisiku biasa2 saja.. sampe akhirnya ku bisa juga ikuti shalat id..  1 syawal,2  syawal...  tanda2 mau melahirkan msh blm ku rasakan. tgl 5 sept ku cek up lg ke dokter tuk pastikan kndisi bayiku di dalam rahim.. Alhamdulillah "masih aman tinggal menunggu kontraksi saja"  kata dokter..

tanggal 7 sept sore.. 'Ayah' belikan rumput fathimah, katanya ku harus minum air rendamannya 1 gelas penuh dan sisa rendaman disiramkan ke perut sambil brdoa mudah2an Allah memberikan kelancaran dalam persalinan.Ku ikuti saran suamiku.. malam sekitar jam 11 ku rasakan kontraksi yang masih berjarak.. ku nikmati rasa sakit itu sambil mempraktekkan ilmu yg ku dapat dr internet ttg 'tips mengurangi rasa sakit saat kotraksi 'yg sengaja ku googling habis magrib tadi.Alhamdulillah rasa sakit bisa ku nikmati.. Malam itu dgn membiarkan suamiku terlelap dalam tidurnya, ku berusaha mengolah diri.Karena kontraksi semakin lama jaraknya semakin dekat.malam ini ku benar2 ga bs tidur.Jam tangan sdh kuamati,kontaraksi per 10 menit sedang kulewati sekitar jam 02.30 dini hari. teori2 yang ku dapat, habis2an ku praktekkan sambil berdoa " Ya Allaaah.. tolong lahirannya jgn dini hari ini... habis subuh saja Y Allah..."  ^_^

Sekitar jam 03.30  ku bangunkan suamiku ntuk bs meringankanku menghadapi kontraksi ini.. kata teori yang ku baca niih.. "ketika kontraksi berlangsung, minta suami untuk mengurut2 punggung dgn gerakan melingkar" Ku minta suamiku membantuku. Alhamdulillah memang benar, rasa sakit bs berkurang.
Allaaaaah.. !!!  rasanya kelahiran semakin dekat namun aneh ga tanda2 yg keluar selain kontraksi yg semakin lama jaraknya semakin dekat. mulai jam 04.30  kontraksi per 5 menit ku lewati... Alhamdulillah kali ini ku msh bs berjamaah subuh dgn suami meski dgn menahan rasa sakit.Usai shalat subuh jam 05.15 ku pamit dgn Mama dan titip salam buat papa yg msh di masjid untuk pergi melahirkan..
Owh, Allaaaaaaaaaah!!!.. rasanya sakitt sekali!.. baru beberapa langkah.. sakit ini kembali muncul.. hingga sampai didepan pagar rumah bidan, aku pun harus bertahan didepan pagar untuk dpt olah nafas krn kontraksi kali ini muncul begitu kuatttt!!

hufffftt... ku berusaha nikmati rsa sakit ini, apalagi kali ini suamiku SIAGA..   Alhamdulillah, sakit ini bisa terkurangi.
untung bu bidan cepat tanggap, ku segera diperiksa. bidan berkata " bukaan sudah lngkap"
Alhamdulillah ya Allah,aku hanya butuh waktu untuk menunggu tekanan dr bayi untuk keluar.
sekitar jam 05.45 rasa menyesakkan itu muncul... HUfftTTtttt..owhhh,,,,,,,,,,,
kini ku harus mulai berbaring....jihadpun berlangsung (???/ /%&*(%&*($^$(%#????)

Tepat pukul 05.55 tanggal 8 September 2011 ini, tarikan nafass legaa akhirnya mengakhiri perjuanganku ini... anakku lahir berjenis kelamin perempuan dgn berat 3,2 kg dan panjang 49cm. Alhamdulillah ya Allah... ku benar2 bersyukur,bersyukur atas kelncaran persalinan ini dan bersyukur karena kali ini suamiku mendampingiku untuk anak ke-3 ini.. lega rasanya ^_^.  bidadari kecilku yang ke 2 sudah muncul lagi.... Alhamdulillah ya Rabb!

"SYAKIRA"  nama untuk anak perempuan yg sdh ku siapkan sejak kehamilan.. "WANITA YANG PANDAI BERSYUKUR" SYAKIRA ZAHRATUL FAWZIA "BUNGA KEMENANGAN YG PANDAI BERSYUKUR" Aamiin.. semoga nama ini juga mnjadi pengingat bagiku dan kluarga untuk mnjadi ahli syukur.
Shabira dan Syakira.. bersabar dalam kesulitan dan bersyukur ketika menerima kebaikan... aamiin....

(my inspiration.. ORIGINAL written by MeiLi Ummu Shabira ^^)

kritik dan saran, are  welcome ^^

Jumat, 14 September 2012

SABAR, SYUKUR DAN IKHLAS

Bukittinggi, 15 Sept 2012
Perumahan Ujung Bukit


LANGKAHKU

Perjalanan panjang berliku,..
menanjak, menurun..kadng diselimuti salju.. 
sesekali diterpa angin kencang menderu

Menikmati hidup yang telah disutradai 
oleh Rabb sang Pengatur Kehidupan
Sebagai pemain ku ingin mnjadi tokoh yang cerdas 
cerdas mnjalankan skenario kehidupan.

Allah Pencipta manusia dan kehidupan
ternyata begitu sayang padaku
Dia tidak membiarkabku melangkah
tanpa ada petunjuk!!

Ketika ku diberi kenikmatan hidup,
 Dia menuntunku untuk tidak lupa bersyukur, 
ketika ku diuji oleh sesuatu yang tidak menyenangkanku, 
Dia mengingatkanku ntuk selalu bersabar. 
Ketika ku harus melakukan sesuatu kebaikan yang bukan kewajibanku, 
Dia menasehatiku untuk ikhlas.

Terimakasih Ya Allah... 
Engkau telah memberiku petunjuk untuk bisa bisa nikmati hidup 
 Jangan biarkan ku berjalan tanpa arahanmu. 
Sungguh begitu indah syariatMu..
aamiin..

Sahabat... jangan pernah lupa untuk memegang erat peta kehidupan yang telah diwarisi Rasul kita Muhammad SAW. Karena Dia cinta terhadapmulah maka ia tinggalkan padamu 2 perkara yang jika engkau berpegang teguh pada keduanya, engkau tidak akan sesat selamanya.2 peta kehidupan itu adalah "Al Quran dan hadits".
Apapun masalah kehidupan yang kau jalani, tanya pada QH!!!! pegang erat keduanya, buka, baca dan temukan jawaban dari masalah kehidupanmu!

salam'
Penulis : Meili Damiati,S.S

Rabu, 12 September 2012

MAUNYA ISTRI

Memasuki tahun ke 8 pernikahanku, banyak sisi yang tetap harus dibenahi. komunikasi intens dengan pasangan mnjadi salah 1 solusi mengatasi berbagai problem rumahtangga.
Membaca tulisan Pak Jamil Azzani ini, cukup mewakili isi hatiku untuk ku sampaikan pada suamiku ^^.
maksih pak de Jamil.. izin co past ya... ^^
                                                                      MAUNYA ISTRI
BY JAMIL AZZAINI
"Sebagai istri, aku ingin kau benar-benar menjadi imam atau pemimpinku. Sebagai imam maka ilmumu, ibadahmu dan penghasilanmu tentu harus jauh lebih tinggi dibandingkan aku. Namun ketika mengejar itu, kau tak boleh melupakan aku dan anak-anak. Saat gelisah, aku tak ingin menunggu terlalu lama dipelukmu, karena itu benar-benar menenteramkan jiwaku. Aku ingin kau lebih sering bermain denganku dan anak-anak.
Suamiku, melihatmu menemani anak-anak belajar dan bercengkrama dengan mereka itu hal yang sangat berharga dalam hidupku.  Candaanmu, keusilanmu itu sangat menghiburku dan membuat tak ada jarak antara dirimu dan buah hatimu. Kepedulianmu dengan saudara-saudaraku menjadikan aku yakin bahwa aku tidak salah memilih imam dalam keluargaku.
Sebagai istri, tugasku mendukungmu dan mengangkat derajat anak-anak. Oleh karena itu jangan kau menuntut karirku dalam bisnis terlalu tinggi, karena itu menyiksaku. Pergi jauh dari rumah untuk urusan bisnis tanpamu itu sangat tidak nyaman bagiku. Ketahuilah, menjadi ibu dari anak-anak yang hebat itu lebih membahagiakanku.
Suamiku, aku tahu, bagimu menemaniku pergi ke pasar atau pusat perbelanjaan itu terkadang menyiksamu. Please, tetaplah menemaniku sebagai ganti karena kau tak selalu mengajakku saat kau berkelana menjelajah ke berbagai penjuru."

Bunda, kalo isinya mewakili perasaan bunda juga, boleh di copast..he..he   asal jangann lupa nyantumin sumbernya ya...
Selamat menghiasi rumah tangga dgn pernak pernik nya"

Kesempurnaan Insan

Oleh : Buya Gusrizal

Aku tahu, jalan ini berduri.
Namun kata aduh tetap menemani tatkala tertusuk.
Aku tahu, jalan ini mendaki.
Tapi keluhan, sulit ditepis ketika tanjakan menghadang.
Aku tahu, jalan ini berliku.
Sayang, rasa bosan masih saja menggoda untuk berputus asa.
Dan aku pun tahu, tak banyak shahabat yang akan setia.
Anehnya.. kekecewaan tetap tiba ketika melihat pengkhianatan.

Kadang kukepalkan tangan karena marah.
Kadang kukatupkan geraham karena kesal.
Kadang kuhembuskan nafas letih tapi tak menyerah.
Pertanyaan "kenapa", sering menggelayut di dinding jiwa
Menunggu jawaban yang tak kunjung tiba.

Kesempurnaan insan pada kelemahannya.
Keluhan adalah bagian dari hidupnya.
Gelombang, gejolak, irama, alunan adalah warna perjalanan menuju akhir perhentian.
Namun karya yang terpancang dalam kelemahan berbalut kesempurnaan,
Itulah tempat berlabuh pandangan Penguasa Alam.

Ayunkanlah tangan ! memukul dinding kekakuan.
Katupkanlah gerahan ! mematrikan tekad pantang menyerah.
Hembuskanlah nafas ! melepaskan segala beban untuk melangkah.
Jangan biarkan Mereka yang berselimut kemunafikan
Menjadi kerikil penarung di tengah tanjakan gelora cita-cita.
Apalagi wahai insan !!! Jangan biarkan mereka ! Jangan sekalipun membiarkan mereka ! Menjadi pemutus tali bergantung si fana kepada yang Maka Kuasa.

Padang 26 Syawal 1433 H