Alhamdulillah saya dapat artikel hebat ini. Maaf, bagi yang tau
siapa penulis sesungguhnya, mohon info agar bisa dicantumkan. Sengaja
saya copas dengan sedikit editing lay out agar nyaman dibaca, untuk saya
sebar kepada Ibu-ibu hebat yang ingin mendidik-permata hatinya dengan
didikan yang sudah dicontohkan para sahabat.(Meili Damiati)
Untuk para calon pencetak generasi penerus Rabbani..
Parenting Ala Ali Bin Abi Thalib
"Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, Karena mereka hidup bukan di zamanmu"
itulah
quote tekenal dari Ali Bin Abi Thalib RA, khalifah ke-4 umat islam yang
terkenal dengan kepintaran, kejujuran dan juga kesetiaannya terhadap Rasulullah SAW.
Seperti
sudah kita pahami bahwasannya mendidik dan membesarkan anak adalah
amanah dari Allah SWT yang harus dijalankan dengan sebaikbaiknya. Banyak
hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pola pendidikan yang
terbaik bagi masing-masing anak, apalagi mereka tidak hidup di jaman
dahulu.
Menurut Ali bin Abi Thalib Ra. ada tiga pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak:
1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja.
2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.
3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.
ANAK SEBAGAI RAJA (Usia 0-7 tahun)
Melayani
anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal
terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita
lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan
prilakunya, misalnya :
>> Bila
kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan
ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita -maka ia akan langsung
menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya.
>>Saat
kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita
akan terharu ketika ia memijat atau membelai pngung kita saat kita
kelelahan atau sakit.
>>
Saat kita berusaha keras menahan emosi disaat ia melakukan kesalahan
sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya
ketika adik/ temannya melakukan kesalahan padanya.
Maka
ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan
menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia
akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung
jawab.
Karena jika kita mencintai dan
memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan
memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.
ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)
Kedudukan
seorang tawanan perang dalam islam sangatlah terhormat, Ia mendapatkan
haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan
kewajiban.
Usia 7-14 tahun adalah usia yang tepat bagi seorang anak bagi seorang anak untuk diberikan hak dan kewajiban tertentu.
Rasulullah SAW mulai memerintahkan seorang anak untuk sholat wajib pada
usia 7 tahun, dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut (atau
mengukum dengan hukuman seperlunya) ketika ia telah berusia 10 tahun
namun meninggalkan sholat.
Karena itu
usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk
diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan
hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti:
>> Melakukan sholat wajib 5 waktu
>> Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat
>> Menjaga pergaulan dengan lawan jenis
>> Membiasakan membaca Al-Qur'an
>> Membantu pekerjaan rumah tanngga yang mudah dikerjakan oleh anak seusianya
>> Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari
Reward dan punishment (hadiah/penghargaan/pujian dan hukuman/teguran)
akan sangat pas diberlakukan pada usia 7 tahun kedua ini, karena anak
sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuaensi.
Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama kerena every child is unique (setap anak itu unik)
ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)
Usia
15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai
orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi
contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin Abi
Thalib Ra.
>> Berbicara dari hati
ke hati Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati kehati
dengannya, menelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa. Perlu
dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia juga akan
mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan
lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus
dihadapinya. Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus
dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah
akil baliqh ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak
akan ditayangkan dan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.
>>
Memberi Ruang Lebih Setelah measuki usia akil Baliqh, anak perlu
memiliki ruang agar tidak merasa terkekang,namun tetap dalam pengawasan
kita. Controlling tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan
tentu saja diiringi dengan berdo'a untuk kebaikan dan keselamatannya.
Dengan
demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan
disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai
kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi
perilaku buruk.
>> Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat. Waktu usia 15-
21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang
lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak kita dapat
menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat
diandalkan. Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti
memintanya membimbing adik-adiknya, mengerjakan
beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau
mengatur jadwal kegiatan dan mengelola kuangannya sendiri
>>
Membekali anak dengan keahlian hidup. Rasulullah SAW bersabda,
"Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah" (Riwayat sahih
Ima Bukhari dan Imam Muslm) Secara harfiah, olah raga berkuda, berenang
dan memanah adalah olah raga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh.
Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula diartikan mampu
mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara).
Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat.
Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.
Di era modern, sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut :
>Berkuda
= Skill of Life, memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup
agar memiliki rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian
diri yang baik.
> Berenang = Survival of Live , mendidik anak agar selalu
bersmangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.
> Memanah = Thingking of Life, mengajarkan anak untuk membangun
kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan target
hidupnya.
Semoga saja kita para
orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya dapat memberikan perlakuan
yang tepat pada anak-anak, siapapun mereka, dari manapun mereka berasal,
dan dimanapun mereka berada, karena anak-anak adalah tanggung jawab
orang dewasa di sekitarnya
COPAS dari beberapa sumber
Moga bermanfaat
-Bayti Jannati-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar