Minggu, 23 Maret 2014

AKU BUKAN LAGI AKU

==Aku Bukan Lagi Aku==

 
Oleh: Meili Damiati


"Aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Dulu ditendang, sekarang ku disayang. Dulu-dulu ku menderita, sekarang aku bahagia."


Kutipan lirik lagu penyanyi cilik 'Tegar' ini hanya untuk gambaran dari salah satu fakta bahwa kehidupan itu tidaklah selalu datar. Ibarat roda, kadang diatas dan kadang dibawah. Ibarat bintang, bulan dan matahari yang tak selamanya bersinar. Ada saatnya terang dan meredup, terbit dan tenggelam.


Begitu juga dengan pernikahan yang merupakan pintu masuk sebuah 'dunia' baru.
Pernikahan adalah proses penyatuan dua jiwa dalam sebuah ikatan suci. Alquran menyebutnya "Mitsaaqan Ghaliizha" yaitu sebuah perjanjian yang amat berat. Mengapa berat? Karena dengan pernikahan akan timbul hak dan kewajiban baru masing-masing individu. Ada hak-hak yang perlu dijaga dan kewajiban yang harus ditunaikan.


Dalam sebuah ikatan pernikahan, aku akan tergeser oleh kita. Kebutuhanku harus dikesampingkan untuk kebutuhan kita.

Aku yang dulu perfect harus lebih bisa menerima hal-hal yang dulu dirasa tidak wajar.
Aku yang dulu ingin sempurna harus bisa membuka mata bahwa kesempurnaanku dulu hanyalah karena keterbatasanku dalam mengenal diri lain di luar aku.

Dengan pernikahan, hati dan pikiranku pelan-pelan terbuka lebar oleh sebuah warna baru yang dimiliki pasangan bahkan keluarga besarnya.


Pernikahan lambat-laun memberikan pemahaman bahwa hidup bukan hanya teori ideal tapi realita yang hanya butuh keseimbangan di sana-sini. Keseimbangan dari setiap sisi kehidupannya.


Apalagi jika posisi istri/suami sudah bertambah juga oleh posisi Ayah dan Ibu, tentulah sebuah ketulusan dan keikhlasan untuk dapat melepas sebuah egositas sangat dibutuhkan.

Sebelum menikah, aku berhak melakukan apapun untuk kepentinganku. Waktu untuk aktualisasi berbagai kemampuan diri, kapanpun bisa aku lakukan. Tapi setelah menikah dan punya anak, aku harus rela mengikhlaskan sebagian keinginanku untuk membahagikan anak dan pasangan. Tentu saja, karena aku sudah memegang perjanjian berat itu.


Pernikahan itu indah karena dihiasi warna yang beragam.


Keindahan dalam kehidupan bukan hanya karena kesenangan semata. Episode kesedihan pun akan menjadi indah jika yakin bahwa skenario Allah hanya untuk menempa mental hamba-Nya. Hidup bagai pelangi yang diwarnai oleh lika-liku pengembaraan. Jika aku tetap menjadi aku, niscaya pengembaraan itu akan menemukan jalan buntu. Tapi jika aku menjadi kita, pengembaraan akan menemui tujuannya yaitu sebuah Keluarga SAMARA (Sakinah, Mawaddah wa Rahmah)

---------
Bkt, 200314

Tidak ada komentar: