Minggu, 24 November 2013

KETRAMPILAN DASAR PEREMPUAN

CATBUNG
BAGIAN I
KETIKA KU MENGENALI KELEMAHANKU
25/11-13
      Memang tidak salah ungkapan yang mengatakan "inspirasi bisa datang kapan saja dan dimana saja".Tadi pagi ketika menjemur kain, tiba-tiba muncul pikiran tuk corat coret seputar ketrampilan dasar perempuan. Tak bisa kita pungkiri, bagaimanapun prestasi seorang perempuan,secantik apapun dia, sekaya apapun dia tetap saja suatu saat nanti perempuan itu akan menjadi istri dan ibu.
Hmmm... saya akan mencoba menulis seputar pengalaman saya :

      Sebelum menikah, saya termasuk tipe perempuan yang minim ketrampilan karena orangtua lebih memprioritaskan tuk mengasah otak kiri saya daripada otak kanan.Mama seorang wanita karir di sebuah kelurahan dengan kesibukan yang sama-sama bisa kita maklumi  Alhamdulillah Papa memilih bekerja wiraswasta dengan tujuan bisa mendampingi anak-anak tumbuh dan mendidiknya menjadi 'pintar'.Tekad dan kesungguhan Papa mendidik saya berbuah manis.

     Dimasa sekolah saya termasuk siswa berprestasi. Prestasi yang saya raih mulai tampak sejak SD hingga saya menamatkan Perguruan Tinggi di Universitas Padjadjaran jurusan Sastra Arab. Pendidikan saya dimulai dari TK Kutilang II Bukittinggi lanjut ke SDN 22 Tarok Dipo Bukittinggi, lanjut ke Pesantren Diniyyah Pasia Bukittinggi selama 6 tahun dan lanjut ke Fakultas Sastra Jurusan Sastra Arab Unpad, Alhamdulillah 3 tahun S1 rampung ^_^ dengan masa efektif belajar 2 tahun 8 bulan. hebat bukan??

    Bulan Agustus 2004 tepatnya, saya pun diwisuda sebagai Sarjana Sastra dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,86 dan sebagai Mahasiswa lulus tercepat bersama 2 orang teman saya lainnya.Memang ketika itu saya sudah bertekad untuk cepat menyelesaikan kuliah dan Alhamdulillah terwujud.

    September  2004 saya mencoba untuk memasukkan lamaran sebagai Dosen Bahasa Arab. Alhamdulillah tidak perlu menunggu lama, lamaran saya diterima dengan baik. Saya pun tercatat sebagai Dosen Bahasa Arab di Akademi PGSD/PGTK Adzkia Bukittinggi tahun 2004/2005. Ada sedikit kenangan yang membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Ketika itu,sebelum memulai mengajar, saya diwanti wanti Ibu Pimpinan untuk tidak memberi tahu umur dan tanggal lahir saya kepada Mahasiswa yang mungkin akan bertanya, alasannya karena ada 1 kelas yang akan saya ajar, semua Mahasiswanya  lbh tua dari saya krn sepertinya ada kelas khusus yang rata-rata mereka sudah bekerja dan menjadi guru.Sepertinya mereka kuliah untuk menaikkan 'status' saja. Alhamdulillah.. proses belajar mengajar berjalan lancar.Hingga 2 bulan berjalan, saya dapat panggilan tuk menemui calon belahan jiwa.

  Disinilah masalah mulai muncul. tau sendiri kaan. tamat sekolah dasar saya lanjut pendidikan di Pesantren selama 6 tahun. Hufft, bisa dibilang ketika itu saya buta dengan keterampilan rumah tangga. Untung saja dulu ketika kuliah, kadang-kadang saya menyempatkan diri untuk belajar masak otodidaks yang hasilnya ga wah..wah bangett dehh..
Mengapa saya bilang masalah mulai muncul?karena Bumer saya orangnya perfect banget dalam urusan rumah tangga, kapan harus belanja persiapan dapur? bagaimana teknik memasak serta merawat dapur agar tetap rapi? kapan waktu yang tepat untuk memasak?bagaimana cara menjemur kain? bagaimana mengolah sendiri bumbu masakan?bagaimana cara memperhatikan penampilan anak? huwwaaaaaaaaaaaaaaaaa....ampyun deh! ketika itu saya berfikir "ribet banget sih!! masak hal-hal kecil begini aja harus benar-benar diperhatikan juga?" jadilah ketika itu saya merasa menjadi sebagai Perempuan yang paling bodoh sejagad raya. "Oh tidaaak, bukankah semua ini tidak menyebabkan dosa meskipun saya tidak bisa? bukankah tanpa ketrampilan itu pun saya tidak bisa digolongkan wanita durhaka?" itulah yang ada di keyakinan saya ketika itu, asal tidak melanggar peraturan Allah semua akan aman.

Ternyata bagi kehidupan saya tidak! tanpa ketrampilan itu, masalah mungkin akan muncul. Meski tidak  dengan suami saya tapi bisa timbul dari keluarga besar suami yang sangat detil memperhatikan hal-hal kecil sekalipun. Siapa yang akan saya salahkan?? Mama saya yang waktu itu menurut saya terlalu sibuk dengan tugas profesinya ataukan bumer saya yang terlalu perfect??? Memang dulu saya sempat kecewa dengan Mama dan sakit hati dengan bumer tapi ternyata saya SALAH BESAR menyikapi. Mengapa?karena hasil dari kerja Mama selama ini sdh saya nikmati dan sejujurnya tidak bisa saya nafikan begitu saja dan dari karakter Bumer yang begitu perfectpun akhirnya saya banyak belajar. Makasih Mama.. Makasih Mami...
Saya yang salah! bukankah ketika memutuskan menikah saya adalah Perempuan Dewasa?! saya yang salah, mengapa sebelumnya saya terlalu cuek untuk mempelajari ketrampilan dasar rumah tangga?! Saya yakin, dengan Allah memberikan Mama yang sabar dan Mami yang perfect saya bisa tumbuh dan hidup lebih baik dari hari kehari.

Bersambung... ^_^
 Tanaman Lidah Mertua yang saya ganti nama dengan 'Petuah Mertua', 
ingat tanaman ini,ingat Nasehat Mertua  ^_^

Tidak ada komentar: